a concept

December 14, 2017
Pada beberapa konsep perencanaan lingkungan mengenal beberapa istilah, salah satunya akan di bahas di bawah ini dengan lengkap. Dari waktu ke waktu, sejalan dengan selalu meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhandalam berbagai aspek-aspek politik, ekonomi sosial, budaya dan teknologi telah mengakibatkan meningkatnya kegiatan penduduk perkotaan meningkatnya jumlah penduduk maupun kegiatan penduduk telah mengakibatkan ruang kekotaan yang besar. 

Oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terebatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota.
Definisi Urban Sprawl
konsep urban sprawl
Urban sprawl adalah suatu proses peluberan kegiatan perkotaan ke wilayah pinggiran, dengan kata lain terjadi proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar. Lebih jauh urban sprawl merupakan suatu proses perubahan fungsi dari wilayah pedesaan menjadi wilayah perkotaan.
Definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata Urban didefinisikan sebagai sebuah kota, sedangkan kata Sprawl diartikan sebagai pergi, datang, atau tersebar secara irregular (acak). Urban sprawl atau urban terkapar, dikenal sebagai peristiwa maupun fenomena terjadinya pemekaran kota yang secara acak, tidak terstruktur, tanpa diawali dengan sebuah rencana.                     
Urban Sprawl atau biasa disebut dengan Pemekaran Kota bentuk bertambah luasnya kota yang disebabkan oleh bertambah perkembangan penduduk dan meningginya arus urbanisasi.
Urban Sprawl merupakan salah satu bentuk perkembangan kota yang dilihat dari segi fisik sepertibertambahnya gedung secara vertikal maupun horisontal, bertambahnya jalan, tempat parkir maupunsaluran drainase kota.
Urban Sprawl dari pengertian bebas adalah perkembangan (permukiman) yang tidak terkontrol (un-panned area) dari sebuah kota dan wilayah urban area-nya dan/yang mengambil wilayah per-desaan atau rural area di sekitarnya.
Sementara menurut Yunus (1999) Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar disebut “urban sprawl”. Kemudian menurut Rosul Urban Sprawl atau dikenal dengan pemekaran kota merupakan bentuk bertambah luasnya kota secara fisik.
Karakteristik Urban Sprawl 
Keberadaan sprawl ditandai dengan adanya beberapa perubahan pola guna lahan yang terjadi secara serempak, seperti sebagai berikut:
1)   Single-use zoning
Keadaan ini menunjukkan situasi dimana kawasan komersial, perumahan dan area industri saling terpisah antar satu dengan yang lain. Sebagai konsekuensinya, bidang besar tanah digunakan sebagai penggunaan lahan tunggal yang saling terpisahkan, antara ruang terbuka, infrastruktur atau hambatan lainnya. Sebagai hasilnya, lokasi dimana masyarakat yang tinggal, bekerja, berbelanja, dan rekreasi memiliki jarak yang jauh, antara satu dan yang lainnya, sehingga kegiatan seperti berjalan kaki, transit, dan bersepeda tidak dapat digunakan, tetapi lebih membutuhkan mobil.
2)   Low-densityzoning Sprawl 
Mengonsumsi jauh lebih banyak penggunaan lahan perkapita dibandingkan perkembangankota tradisional, karena peraturan penzonaan seharusnya menyatakan bahwa perkembangankota seharusnya berada dalam kepadatan penduduk yang rendah. Definisi yang tepat mengenai kepadatan yang rendah ini relatif.
Dampak dari perkembangan kepadatan penduduk yang rendah ini mengalami peningkatan secepat peningkatan populasi pula. Overall density is often lowered by "leap-frog development". 
3)   Car-dependent communities
Area yang mengalami Urban sprawl biasa dikenali dengan tingkat penggunaan mobil yang tinggi sebagai alat transportasi, kondisi ini biasa disebut dengan automobile dependency. Kebanyakanaktivitas disana, seperti berbelanja dan nglaju (commuting to work), membutuhkan mobil sebagai akibat dari isolasi area dari zona perumahan dengan kawasan industri dan kawasan komersial. Berjalan kaki dan metode transit lainnya tidak cocok untuk digunakan, karena banyak dari area ini yang hanya memiliki sedikit bahkan tidak sama sekali area yang dikhususkan bagi pejalan kaki.
Proses Urban Sprawl
Menurut Yunus (2005), ditinjau dari prosesnya perkembangan spasial fisikal kota dapat diidentifikasi, yaitu:
1)   Secara horizontal
Sentrifugal adalah proses bertambahnya ruang kekotaan yang berjalan ke arah luar dari daerah kekotaan yang sudah terbangun dan mengambil tempat di daerah pinggiran kota. Proses inilah yang memicu dan memacu bertambah luasnya areal kekotaan. Makin cepat proses ini berjalan, makin cepat pula perkembangan kota secara fisikal.
Sentripetal adalah proses penambahan bangunan-bangunan kekotaan di bagian dalam kota (pada lahan kosong/ruang terbuka kota).
2)   Secara vertikal
penambahan ruang kota dengan menambah jumlah lantai (bangunan bertingkat).
Dalam penelitian ini, penulis menitikberatkan fokus studi pada proses perkembangan spasial fisikal kota secara horizontal sentrifugal yaitu proses bertambahnya ruang kota ke arah luar/pinggiran kota atau urban sprawl yang masih kental dengan kenampakan fisik desa yaitu wajah pertanian terutama sawah dengan irigasi teknis.
Mengapa Terjadi Urban Sprawl
Urban sprawl adalah suatu proses perluasan kegiatan perkotaan ke wilayah pinggiran yang melimpah, dengan kata lain terjadi proses pengembangan kenampakan fisik suatu perkotaan ke arah luar. Lebih jauh lagi, definisi dari urban sprawl adalah suatu proses perubahan fungsi dari wilayah yang bernama perdesaan menjadi wilayah perkotaan. Perdesaan yang selama ini dianggap sebagai penyokong kehidupan perkotaan, yang membantu kota dalam pemenuhan kebutuhannya terutama dalam bidang pertanian, budidaya, kawasan lindung dan non-industri, justru mengalami kenaikan tingkat fungsi guna lahan, menjadi kawasan permukiman padat penduduk, bahkan kawasan industri. Urban sprawlmerupakan salah satu bentuk perkembangan kota yang dilihat dari segi fisik seperti bertambahnya gedung secara vertikal maupun horisontal, bertambahnya jalan, tempat parkir, maupun saluran drainase kota.
Banyak alasan yang mendasari terjadinya fenomena urban sprawl ini. Mulai dari perilaku masyarakat yang lebih memilih untuk bermukim diarea pinggiran kota, asumsi harga lahan yang lebih murah dan terjangkau serta kondisi udara yang masih sehat, belum banyak tercemari seperti pusat kota. Selain itu alasan yang juga menyebabkan masyarakat memilih tinggal diarea pinggiran kota adalah karena belum terlalu padat penduduk yang ada disana, jika dibandingkan dengan kawasan perkotaan, Ditambah karena memiliki akses yang dekat untuk menuju ke pusat kota.
Seiring berjalannya waktu, dengan semakin meningkatnya pendapatan mereka, penduduk yang semula menyewa rumah diarea perkotaan karena ingin dekat dengan tempat dimana mereka bekerja, sebagian besar/ mayoritas memilih untuk tinggal di luar kota (pinggiran kota) agar dapat memiliki rumah tinggal sendiri. Walaupun pada sebagian penduduk yang berpenghasilan rendah dengan terpaksa menempati rumah tinggal yang sempit dan kumuh, asalkan rumah tersebut miliknya sendiri. Sehingga biaya sewa rumah tidak lagi menjadi beban bagi anggaran rutin mereka.
Karena tidak terlalu dekatnya tempat tinggal mereka dengan lokasi dimana mereka bekerja, masyarakat di pinggiran kota yang lebih cenderung menggunakan moda kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil pribadi untuk menuju lokasi kegiatan mereka yang lebih terkonsentrasi di pusat kota. Sedangkan banyaknya angkutan umum bermotor seperti bus, oplet dan taxi dapat mengindikasikan terjadinya fenomena urban sprawl ini. Dimana salah satu alasannya adalah pembuktian bahwa belum memadainya tingkat pelayanan fasilitas bagi masyarakat pinggiran kota, dalam hal ini adalah angkutan umum. Kurangnya pelayanan transportasi (angkutan umum) bagi masyarakat di pinggiran kota untuk menuju pusat kota jika dibandingkan dengan di pusat kota, sehingga gejala ini menjadikan angkutan umum seolah-olah disediakan hanya bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi (captive people).
Selain perilaku masyarakat mengenai kepemilikan tanah dan transportasi, peran pemerintahpun ternyata juga turut mengambil andil dalam keberadaan fenomena Urban sprawl ini. Keberadaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) diyakini masih belum dapat diimplementasikan dalam mencapai tata ruang yang pro-lingkungan. Terlalu banyak kepentingan sosial ekonomi yang ingin dilaksanakan oleh pemerintah setempat, sehingga pada kenyataannya mempengaruhi pelaksanaan RTRW. Hal ini diyakini dapat menyebabkan fungsi lingkungan terabaikan. Rencana awal yang disusun masih baik dalam teori konsep, tetapi karena tidak dapat diimplementasikan maka keberadaannya tidak mampu memformat kota agar dapat terkendali sesuai rencana. Sehingga pemekaran wilayahpun menjadi tidak terstruktur, tidak sesuai dengan rencana awal pembangunan wilayah tersebut.
Konsep Dan Gagasan Urban Sprawl
Kepadatan dan Keragaman bisa dibilang dua komponen paling penting dalam menentukan stok perumahan kita. Saat kita bergumul dengan urban sprawl dan kekurangan perumahan bagaimana kita bisa menafsirkan ulang perumahan untuk menawarkan solusi yang lebih beragam untuk kebutuhan perumahan kita.
Konsep ini menantang gagasan tradisional tentang perumahan dan menawarkan solusi perumahan mikro dalam skala makro. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan tempat tinggal yang fokus baik ke dalam maupun di luar, untuk memiliki perumahan yang dapat beradaptasi dengan rumah tangga dinamis hari ini dan besok. Solusi perumahan yang berbicara kepada seluruh penduduk dan bukan hanya persentase darinya.
Melalui eksplorasi keterlibatan pengguna situs dan arsitektur, kita dapat melihat bahwa adalah mungkin untuk menciptakan tipologi yang memberikan keamanan pribadi yang dirasakan sementara juga menciptakan kesempatan untuk kepuasan sosial melalui tumpang tindih ruang publik dan pribadi dan melalui program ruang transisi yang dibuat. Kesinambungan perumahan, kota dan dunia kita pada akhirnya bergantung pada input dan output kehidupan kita dan solusi perumahan yang kita pilih untuk dikejar.
Tipologi perumahan yang diciptakan melalui konsep ini menawarkan serangkaian ruang yang disusun di sekitar dinding pintar. Dinding ini dirancang untuk berinteraksi dengan ruang untuk menyediakan program dan tujuan ke ruang melalui keterlibatan pengguna. Penggunaan tingkat dan hirarki ruang secara formal membedakan alam publik dan swasta sementara menggunakan ruang transisi untuk menengahi hubungan internal eksternal.
Pada skala yang lebih besar, kesuksesan konsep proyek ini tertanam dalam program publik yang terjalin di seluruh wilayah tersebut. Kedekatan tempat tersebut ke kota dan kota yang lebih besar pada umumnya memperkuat pentingnya kota yang beragam mulai bergulat dengan masalah perumahan dan kesehatan yang kita hadapi sebagai sebuah negara. Melalui disain yang terintegrasi kita bisa melihat bagaimana lingkungan yang kita ciptakan sangat penting dalam mewujudkan lingkungan binaan yang lebih berkelanjutan.
Proyek ini berusaha menjadi kapal perubahan dalam menafsirkan kembali persediaan Perumahan. Karena negara-negara sering ditentukan oleh kota-kota yang mereka tempati, keberhasilan kota kita terletak pada integrasi dan hubungan infrastruktur, kemudahan, budaya, olahraga dan perumahan kita. perancangan bertujuan untuk mengumpulkan kebutuhan perumahan kita di sepanjang kebutuhan kota dan untuk menanamkan kembali kota tersebut sebagai Dermaga Pelabuhan Primer untuk Inner West.

0 komentar